Kopi arabika yang berasal dari Papua menjadi perhatian para pecinta kopi nasional dan internasional.
Kopi di Papua, terutama dari Gunung Bintang, ditanam di atas ketinggian 1,800 meter. Di atas pegunungan yang rimbun dan dengan sedikit sinar matahari, kopi dari Papua matang dengan lambat dan sempurna.
Kondisi tersebut membuat cita rasa kopi Papua menempati urutan teratas jajaran kopi Indonesia.
Begitu, darimana kopi itu berasal?
Kopi Papua dibawa dari Papua Nugini (PNG) pada awal abad ke-21 oleh pemerintah dan misionaris Belanda.
Selain tetangganya Papua, PNG juga telah memulai budidaya kopi. Untunglah, negara memiliki 14 gunung berapi aktif yang membantu kesuburan tanah. Sementara itu, gunung berapi tidak ditemukan di Provinsi Papua, Indonesia.
Di Papua Nugini, kopi banyak ditanam di daerah pegunungan. Salah satunya adalah dataran tinggi Gunung Hagen dengan ketinggian 1200-1800 mdpl.
Gunung Hagen dikenal ideal untuk menanam kopi dengan iklim yang bersahabat dan tanah vulkanik yang kaya mineral. Kopi dari Gunung Hagen memiliki tekstur yang kental, keasaman rendah hingga sedang, herbal, kayu, dan memiliki rasa tropis atau tembakau.
Secara umum, Kopi di Papua Nugini dibudidayakan secara organik oleh petani tradisional di pekarangan atau di kebun kecil. Hanya sedikit perusahaan perkebunan yang menanam kopi dalam skala yang lebih luas.
Tanaman kopi di Papua Nugini diperkenalkan oleh kolonial Inggris di 1937. Varietas kopi Papua New Guinea adalah Jamaican Blue Mountain Arabica yang didatangkan langsung dari Kingston, Jamaika. Inggris telah menguasai wilayah Jamaika sejak abad ke-17.
Kopi dari Inggris juga ditanam di beberapa daerah di Papua Nugini. Di dataran tinggi utara Papua Nugini, kopi tumbuh di ketinggian hingga 1,500-1,900 mdpl, dengan curah hujan tinggi, Tanaman kopi yang tumbuh di daerah ini memiliki kualitas terbaik dengan rasa yang kompleks.
Di Enga dan dataran tinggi barat Papua Nugini, itu memiliki iklim kering. Kopi ditanam di ketinggian 1,200-1,800 mdpl, memiliki karakter kopi keasaman rendah, Rempah, catatan gila. Di Jiwaka, Lembah Waghi, kopi ditanam di ketinggian antara 1,600-1,900 mdpl. Jiwaka dikenal menghasilkan kopi terbaik dengan karakteristik cerah dengan aroma buah yang lembut.
Sedangkan di Chimbu atau Simbu, Kopi Dataran Tinggi Utara ditanam di ketinggian 1600-2,400 mdpl. Kopi yang diproduksi di daerah ini memiliki rasa jeruk yang segar, memiliki rasa cherry dan dark chocolate. Sedangkan di Hidden Valley, Provinsi Morobe, tentang 300 kilometer barat laut dari Port Moresby, ibu kota Papua Nugini, kopi ditanam di ketinggian 1000 mdpl. Karakter kopi dari daerah ini memiliki rasa manis, rasa buah dengan keasaman rendah.
Namun, budaya minum kopi di Papua Nugini sangat rendah.
“Masyarakat Papua Nugini lebih suka mengkonsumsi kopi instan buatan Indonesia yang banyak diperdagangkan di perbatasan,” kata arkeolog Hari Suroto.
Tambahan, Pemerintah Papua Nugini juga kurang memberikan perhatian khusus kepada petani kopi, pembuat kopi, dan kedai kopi.
Faktanya, Kopi Papua Nugini menempati posisi yang cukup baik di pasar internasional, khususnya Amerika Serikat. Sebagian besar kopi Papua Nugini yang dijual di Amerika Serikat berasal dari beberapa perkebunan kopi ternama, yaitu Sigri dari Provinsi Dataran Tinggi Barat dekat Gunung Hagen.
Melihat asal muasal kopi Papua dari PNG dan Jamaika, Tak heran jika kopi memiliki cita rasa yang kaya.
Diskusi tentang posting ini