Statistik BPS:Jakarta Tak Lagi Jadi Magnet Ekonomi, Pendatang Kian Menurun

Statistik BPS:Jakarta Tak Lagi Jadi Magnet Ekonomi, Pendatang Kian Menurun - Image Caption
News24xx.com - Daya tarik Jakarta sebagai tujuan utama para perantau kian memudar. Kota yang dahulu dipandang sebagai simbol harapan dan perubahan nasib, kini menunjukkan gejala kehilangan magnetnya sebagai tempat untuk menetap.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pendatang ke Jakarta terus mengalami penurunan sejak 1995, sebaliknya angka penduduk yang memilih meninggalkan Ibu Kota justru menunjukkan tren peningkatan.
Dalam indikator migrasi risen—yakni perpindahan penduduk yang terjadi dalam lima tahun terakhir sebelum sensus—tercermin dinamika mobilitas masyarakat yang mencerminkan arah pembangunan suatu wilayah.
Pada 1980, Jakarta mencatat 766.363 migran masuk dan 382.326 migran keluar. Selisih atau neto migrasi risen pada tahun tersebut positif, yakni 384.037 orang.
Namun, tren itu berubah drastis pada 1990. Walau jumlah migran masuk mencapai puncaknya sebanyak 833.029 orang, jumlah migran keluar justru lebih besar, yaitu 993.377 orang. Untuk pertama kalinya, Jakarta mencatat neto migrasi negatif sebesar -160.348 orang.
Situasi semakin memburuk pada 2020. Migran masuk hanya mencapai 212.454 orang, sementara migran keluar melonjak drastis hingga 797.468 orang. Dengan demikian, Jakarta kehilangan 585.011 penduduk dalam satu periode sensus—angka tertinggi sepanjang sejarah.
Secara spesifik, wilayah Jakarta Selatan kehilangan 145.213 penduduk akibat tingginya angka migrasi keluar. Jakarta Timur mengalami kondisi serupa dengan kehilangan 128.180 jiwa karena alasan yang sama.
Data tersebut menjadi sinyal kuat bahwa Jakarta tak lagi dipandang sebagai tempat ideal untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sekaligus menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam merancang strategi pembangunan dan tata kelola kota ke depan.