Keluarga Ungkap Fakta Mengejutkan Tentang Tewasnya Bocah 8 Tahun di Inhu

Keluarga Ungkap Fakta Mengejutkan Tentang Tewasnya Bocah 8 Tahun di Inhu - Image Caption


News24xx.com -  Duka masih menyelimuti keluarga almarhum KB, anak berusia (8) yang meninggal dunia pada Selasa (26/05/2025) setelah diduga mengalami kekerasan di lingkungan salah satu sekolah dasar di Indragiri Hulu yang diduga dilakukan oleh kakak kelas korban.

Dalam konferensi pers yang digelar oleh keluarga di salah satu hotel di kota Pekanbaru pada Sabtu (07/06/2025) terungkap berbagai fakta dan kegundahan hati yang selama ini belum tersampaikan kepada publik.

Keluarga membantah tegas narasi yang menyudutkan mereka sebagai orang tua yang lalai. Mereka menjelaskan bahwa almarhum tidak menunjukkan gejala sakit yang mencolok hingga Minggu (18/05/2025).

“Dia masih bermain seperti biasa bersama teman-teman sekolah hari minggunya. Baru hari Senin (19/05/2025), ia mulai mengeluh, dan itu pun masih ia tutupi. Dia memang anak yang pendiam, tidak pernah mengeluhkan sakit,” ungkap Viator Butar Butar anggota keluarga.

Pernyataan dari pihak tertentu yang menyebut keluarga membawa korban ke tukang urut dan bukan ke dokter dinilai sangat menyakitkan.

“Bukan kami yang membawa dia ke tukang urut. Itu saran dari salah satu orang tua pelaku, bahkan dilakukan di rumah salah seorang diduga pelaku, bukan rumah kami,” tegasnya.

Keluarga merasa bahwa tudingan tersebut mengaburkan fokus utama kasus ini, dugaan perundungan dan kekerasan terhadap anak.

“Kami tidak menuntut siapa pun untuk dipenjara. Kami hanya ingin keadilan ditegakkan sesuai hukum. Anak-anak tidak bisa ditahan? Kami tahu itu. Tapi UU Perlindungan Anak menyebut ada bentuk hukuman dan tindakan lain bagi pelaku di bawah umur. Mengapa itu diabaikan,” ungkapnya.

Lebih jauh, keluarga juga menyoroti lemahnya tanggung jawab institusi pendidikan dalam mencegah kejadian seperti ini.

“Mengapa tidak ada yang membahas tanggung jawab sekolah? Padahal jelas dalam Pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak, jika terjadi kekerasan, pihak sekolah dan pemerintah daerah ikut bertanggung jawab. Tapi semua menyudutkan kami, seolah kematian anak kami hanya akibat kelalaian pribadi.” tambahnya.

Tidak hanya soal narasi yang menyesatkan, keluarga juga menilai adanya ketidakkonsistenan dalam kronologi yang disampaikan beberapa pihak.

“Laporan disebut masuk tanggal 19 Mei, padahal anak kami meninggal tanggal 26 Mei. Otopsi dilakukan setelah itu. Lalu siapa yang dilaporkan tanggal 19? Kenapa tidak sinkron?” ucap Viator penuh tanya.

Meski diliputi duka mendalam, keluarga menyampaikan apresiasi kepada para pengacara yang telah secara sukarela membantu mereka, termasuk dari LBH, organisasi profesi hukum, dan sejumlah relawan yang memberikan pendampingan hukum.

“Sekali lagi kami hanya ingin kebenaran. Kami tidak ingin anak-anak pelaku disakiti. Kami tahu mereka juga anak-anak. Tapi kami juga tahu, ada hukum yang melindungi semua anak, termasuk anak kami yang sudah tiada. Jangan lupakan itu.” imbuhnya lirih.

Pernyataan keluarga ini menjadi seruan keras agar semua pihak, termasuk institusi pendidikan, aparat penegak hukum, dan media, menaruh perhatian serius terhadap kekerasan di lingkungan sekolah yang bisa merenggut nyawa.

“Bukan lagi soal siapa yang salah semata, tapi tentang bagaimana sistem bisa melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman serupa di masa depan,” harapnya.

Sementara itu ditempat yang sama orang tua korban, Gimson Butar Butar menegaskan bahwa selama ini korban tidak pernah mengeluhkan sakit, dan dia termasuk anak yang aktif, namun setelah ada nya kejadian tersebut terjadi perubahan drastis terhadap dia (Almarhum_red).

Dan segala upaya sudah kami lakukan termasuk membawa korban kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis, hingga akhirnya almarhum menghembuskan napas terakhir.

“Saya saksi kunci anak saya tersebut. Sebelum beliau meninggal saya sudah tanyakan langsung kepada anak saya tersebut, dan dari pengakuan nya, dia mengaku telah ditendang dan dipukul oleh para pelaku. Jadi disini saya minta keadilan agar semua menjadi terungkap,” harapnya.***