BMKG Peringatkan Suhu Ekstrem dan Risiko Karhutla Selama Musim Kemarau 2025

BMKG Peringatkan Suhu Ekstrem dan Risiko Karhutla Selama Musim Kemarau 2025 - Image Caption


News24xx.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi suhu udara ekstrem dan meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring dengan dimulainya musim kemarau di sejumlah wilayah Indonesia.

Berdasarkan data BMKG, sekitar 2% Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim kemarau pada pekan kedua April 2025. Sementara itu, wilayah lainnya masih berada dalam fase peralihan dari musim hujan menuju kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa posisi deklinasi matahari yang saat ini berada di sekitar 11,2 derajat Lintang Utara menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia menerima penyinaran matahari secara intensif.

“Pada awal Mei 2025, posisi deklinasi matahari berada di 11,2 derajat Lintang Utara. Hal ini membuat sejumlah wilayah di Indonesia masih berada dalam lintasan penyinaran matahari yang optimal. Ditambah dengan kondisi langit yang cerah, kelembapan udara rendah, serta pergerakan angin yang lemah, pemanasan permukaan terjadi secara signifikan,” ungkap Guswanto.

Suhu Udara Tertinggi Capai 37,9 Derajat Celcius

Dalam sepekan terakhir, BMKG mencatat suhu maksimum di beberapa wilayah telah melampaui ambang batas 35°C. Suhu tertinggi terpantau di Stasiun Meteorologi Juanda, Jawa Timur, yang mencapai 37,9°C.

Suhu tinggi juga tercatat di Stasiun Meteorologi Tanah Merah, Papua Selatan sebesar 37,0°C, serta di Balai Besar MKG Wilayah II Tangerang Selatan sebesar 35,4°C. Guswanto turut menyoroti rekor suhu ekstrem sebelumnya, antara lain 38,4°C di Tanah Merah pada 29 Maret 2025 dan 37,9°C di Juanda pada 23 April 2025.

“Suhu di atas 35°C juga terpantau di wilayah lain seperti Lampung dan beberapa bagian Jawa Timur pada akhir April. Masyarakat di wilayah selatan ekuator, khususnya Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatra, perlu meningkatkan kewaspadaan,” tambahnya.

Peringatan Serius Terhadap Potensi Karhutla

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan terhadap meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau.

“Risiko karhutla mulai muncul di berbagai daerah. Pencegahan dini merupakan langkah paling efektif untuk menghindari kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, serta dampak terhadap kesehatan masyarakat,” tegasnya dalam keterangan pers, Kamis (1/5/2025).

Ia menekankan bahwa pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum perlu mengambil langkah mitigasi konkret guna menekan eskalasi karhutla sepanjang musim kemarau.

Dampak Suhu Ekstrem Perlu Diantisipasi

Selain risiko kebakaran, BMKG juga mengingatkan masyarakat akan potensi dampak kesehatan akibat suhu tinggi, seperti heat stroke, dehidrasi, dan kekeringan yang dapat terjadi di berbagai daerah.

Untuk itu, masyarakat diimbau menjaga asupan cairan tubuh, menghindari aktivitas berat di luar ruangan pada siang hari, serta memantau perkembangan informasi cuaca secara berkala.

Prediksi Kemarau dan Risiko Karhutla di Bulan Mendatang

BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan berlangsung secara bertahap mulai akhir April hingga Juni, dengan puncaknya terjadi pada periode Juni hingga Agustus.

“Sifat musim kemarau 2025 diperkirakan didominasi oleh kondisi normal (sekitar 60%). Namun, sekitar 26% wilayah berpotensi mengalami kemarau atas normal (lebih basah) dan 14% lainnya mengalami kemarau bawah normal (lebih kering),” papar Dwikorita.

Terkait risiko karhutla, BMKG mencatat bahwa pada periode April–Mei 2025, sebagian besar wilayah masih berada pada tingkat risiko rendah. Namun, wilayah seperti Riau, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur mulai menunjukkan peningkatan risiko dari kategori sedang hingga tinggi.

“Memasuki Juni 2025, peningkatan signifikan risiko karhutla diprediksi akan terjadi, terutama di wilayah Riau, dengan sekitar 41,5% wilayahnya berada pada kategori risiko tinggi, disusul Sumatera Utara, Jambi, dan sekitarnya,” ujarnya.

Dengan situasi ini, BMKG menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyusun strategi mitigasi bencana yang terukur dan efektif, guna meminimalisir dampak buruk gelombang panas dan kebakaran hutan di musim kemarau tahun ini.